02 June 2009

Aku malu, ternyata aku tidak mengerti


Setelah sekian lama tidak menggunakan fasilitas transportasi yang satu ini, akhirnya hari ini aku naik bis lagi. Ada satu pelajaran yang aku dapat di moment itu. Satu hal yang bisa aku renungkan dari percakapan sepasang penumpang di bis itu. Sepasang ibu dan anak perempuan, ibu muda yang akan mengantarkan anaknya untuk sekolah. Ntah TK atau playgroup. Pertama kali yang dilihat dari pasangan itu, aku hanya tertarik pada anaknya. Seorang anak perempuan cantik, lucu dan gemuk. pipinya sangat membuatku gemas untuk menciumcium atau mencubitnya. Terus saja pendanganku tertuju pada pasangan itu, melihat tingkah pola anak yang sangat lucu. Mulai dari merengek untuk diturunkan dari pangkuan si ibu dan meminta untuk duduk di bangkunya sendiri, sampai dia merengek tidak mau sekolah. Di sini aku mulai memperhatikan percakapan mereka.

Anak : ma, aku gak mau sekolah! (sambil merengek)
Ibu : kenapa?
Anak : habis di sekolah ada teman yang suka pinjam pensil aku. Aku ga mau.
Ibu : loh, dikasih pinjam dong temannya.
Anak : ga mau. (sambil terus merengek hampir menangis)
Ibu : kalau adek pinjamin pensil ke temannya itu artinya berbagi, dan berbagi itu baik.
Anak : ga mau, nanti ga dikembaliin.
Ibu : (sambil terus membujuk, ibunya mencoba membuat anaknya mengerti) nanti temannya kembaliin. adek, kalau sekolah itu harus saling berbagi. Mungkin pensil temannya ketinggalan di rumah. Nah adek kalau punya pensil lebih dan mau pinjamin, artinya adek teman yang baik. Selain itu masih banyak yang adek harus berbagi, misalnya kamar kecil. Di sekolah adek ga punya kamar kecil sendiri, tapi satu untuk dipakai bersama teman yang lain. Nah jadi adek kalau pakai kamar kecil harus bersih, biar teman-temannya juga enak kalau mau pakai kamar kecilnya. Adek harus belajar berbagi ya!
Anak : iya, ma. (mengangguk sambil meredakan rengekannya)

Setelah beberapa saat hanya memperhatikan anaknya, akhirnya karena percakapan itu aku jadi memperhatikan ibunya. Seorang ibu muda itu memberikan satu pesan untuk anaknya hanya dari satu adegan itu. Aku langsung mikir, gimana kalau aku ada di posisi ibu itu. Menghadapi anakku yang sedang merengek seperti itu. Mungkin akan memberikan respon yang berbeda. Mungkin aku hanya akan bilang untuk pinjemin aja pensilnya, kalau ga dikembaliin nanti mama beliin lagi. Hmm... mungkin itu bukan jawaban yang salah, tapi lihat deh ibu itu. Disaat seperti itu dia malah bisa menyelipkan sedikit pelajaran berbagi untuk anaknya. Satu respon yang baik bukan? Aku jadi malu. Belom bisa jadi ibu yang baik kayanya.adus Untung saat ini aku belum punya anak. Heee... kalau punya apa jadinya.

Semakin aku sadar kalau seorang anak itu akan terbentuk dari nilai-nilai awal yang ibunya berikan. Sekolah untuk menjadi orang tua yang baik itu memang tidak ada. Tapi belum terlambat menurutku untuk mulai mempelajarinya. Ntah dari artikel-artikel, buku atau memperhatikan sekitar kita. Yuk, sama-sama belajar!

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails