Aku ingin berteriak. Biarkan alam mendengar. Ingin sekali kuteriakan. Aku mencintai bulan. Iya dia hanya bulan. Bukan matahari dengan segala kemegahannya. Hanya bulan dengan kesederhanaannya. Tapi aku mencintainya. Karena saat bersama bulan, aku bisa memancarkan cahayaku. Berbeda saat aku bersama matahari, dengannya aku seakan tak ada.
Memang dia hanya bulan, sosok yang mungkin tak bisa dibandingkan dengan matahari. Dia bukan matahari yang diakui kehebatannya oleh banyak orang. Dia hanya bulan yang aku cintai, yang ada dalam mimpi-mimpiku. Kehadirannya selalu membuatku tersenyum. Kehadirannya yang kutahu akan selalu mengusahakan kebahagianku. Bulan yang sederhana, namun cukup untukku. Iya, dia sudah cukup untukku. Tanpa perlu dia menjadi seperti matahari, aku akan tetap ada untuk bulan. Dia bulanku yang memiliki kelembutan. Dia bulan yang bersamanya sinarku tetap terlihat. Disisinya lah aku tetap terlihat indah.
Jadi saat ini aku mohon percayalah, tanpa perlu menjadi sehebat matahari pun, bulan untukku sudah cukup.
Memang dia hanya bulan, sosok yang mungkin tak bisa dibandingkan dengan matahari. Dia bukan matahari yang diakui kehebatannya oleh banyak orang. Dia hanya bulan yang aku cintai, yang ada dalam mimpi-mimpiku. Kehadirannya selalu membuatku tersenyum. Kehadirannya yang kutahu akan selalu mengusahakan kebahagianku. Bulan yang sederhana, namun cukup untukku. Iya, dia sudah cukup untukku. Tanpa perlu dia menjadi seperti matahari, aku akan tetap ada untuk bulan. Dia bulanku yang memiliki kelembutan. Dia bulan yang bersamanya sinarku tetap terlihat. Disisinya lah aku tetap terlihat indah.
Jadi saat ini aku mohon percayalah, tanpa perlu menjadi sehebat matahari pun, bulan untukku sudah cukup.